Pengalaman Nulis Opini Dimuat di Koran - Bagi Anda yang sudah biasa menulis tentu judul tersebut adalah sesuatu yang biasa. Orang yang sering menulis, mungkin banyak dari mereka pernah mencoba mengirim tulisan berbentuk opini di koran. Saya saja sebagai seorang blogger terkadang panas-dingin menulis postingan di blog, apalagi untuk menulis opini di koran tentu akan sangat susah. Namun, saya akan relaks sedikit kali ini, berbagi cerita dan pengalaman saya menulis opini di koran.
Sebagai mahasiswa komunikasi, menulis adalah sesuatu yang harus bisa dilakukan. Apalagi memang jurusan ini sangat erat sekali dengan jurnalistik. Nah, di semester 4 ini saya mengambil mata kuliah Jurnalistik Media Cetak. Dosen saya Pak Chusmeru memberikan tugas untuk menulis opini dan dicoba untuk dikirim ke koran, salah satunya adalah koran di Banyumas yaitu Satelit Post.
Saya masih bingung harus menulis apa untuk tugas opini ini, karena terkadang menulis postingan di blog saja semaunya, kalau dipaksa-paksa pun sangat susah. Tapi, saya rasa tidak ada salahnya mencoba menulis walaupun dipaksakan, dan itu saya rasa efektif. Tulisan saya akhirnya dimuat di koran Satelit Post. Tulisan opini ini saya beri judul Pancasila Hanya Tinggal Nama. Karena smengingat tanggal 1 Juni kemarin adalah hari kelahiran Pancasila.
Ini pertama kalinya tulisan saya bisa dibaca dan disebarluaskan kepada orang banyak secara serentak. Saya tidak menyangka, padahal pada awalnya tulisan opini saya ini mungkin masih banyak ejaan yang salah, atau bahkan kalimat yang satu dengan yang lainnya ada yang kurang nyambung. Saya anggap ini sebagai awalan agar saya semakin serius dalam menulis.
Read More
Sebagai mahasiswa komunikasi, menulis adalah sesuatu yang harus bisa dilakukan. Apalagi memang jurusan ini sangat erat sekali dengan jurnalistik. Nah, di semester 4 ini saya mengambil mata kuliah Jurnalistik Media Cetak. Dosen saya Pak Chusmeru memberikan tugas untuk menulis opini dan dicoba untuk dikirim ke koran, salah satunya adalah koran di Banyumas yaitu Satelit Post.
Saya masih bingung harus menulis apa untuk tugas opini ini, karena terkadang menulis postingan di blog saja semaunya, kalau dipaksa-paksa pun sangat susah. Tapi, saya rasa tidak ada salahnya mencoba menulis walaupun dipaksakan, dan itu saya rasa efektif. Tulisan saya akhirnya dimuat di koran Satelit Post. Tulisan opini ini saya beri judul Pancasila Hanya Tinggal Nama. Karena smengingat tanggal 1 Juni kemarin adalah hari kelahiran Pancasila.
Ini pertama kalinya tulisan saya bisa dibaca dan disebarluaskan kepada orang banyak secara serentak. Saya tidak menyangka, padahal pada awalnya tulisan opini saya ini mungkin masih banyak ejaan yang salah, atau bahkan kalimat yang satu dengan yang lainnya ada yang kurang nyambung. Saya anggap ini sebagai awalan agar saya semakin serius dalam menulis.